Tantangan Learning Management System
Oleh: Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM
“Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia sosial,
menciptakan peluang pengetahuan baru, dan menyediakan tempat untuk
berbagi pandangan secara luas” —(Charles Soukup)
Saat Internet memberikan kontribusi besar bagi umat manusia maka perkembangan kehidupan manusia pun berubah sedemikian cepatnya, tanpa kecuali cara manusia untuk memperoleh pengetahuan, mendapatkan pendidikan, menjalankan proses belajar mengajar. Learning Management System (LMS) sebagai alat yang menunjang proses pembelajaran turut mengalami perubahan yang signifikan.
LMS adalah aplikasi piranti lunak untuk proses dokumentasi, administrasi, pelacakan, pelaporan, program pelatihan, pengelolaan kelas, evaluasi dan penilaian, termasuk juga kegiatan interaksi pembelajaran offline dan online. LMS yang baik setidaknya memiliki fitur otomasi kegiatan administrasi pembelajaran dan dukungan, fitur layanan yang bersifat self-service dan self guided, mengelola konten pembelajaran, personalisasi materi yang memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan yang telah digunakan, mendukung sistem standar dan konten yang terbuka (open standard) hingga dapat terintegrasi dengan sistem-sistem lainnya.
LMS tercatat telah dikembangkan semenjak tahun 1924, saat Sidney Pressey –seorang professor psikologi, menemukan mesin untuk mengajar, mesin ini sangat sederhana, menyerupai mesin ketik dengan bagian yang dapat mengelola soal dengan jawaban pilihan berganda. Lalu pada tahun 1929, M.E. LaZerte –Direktur Sekolah-Pendidikan Universitas Alberta, mengembangkan satu perangkat mekanis untuk pembelajaran yang dapat memberikan soal ke pada siswa dan memeriksa apakah langkah-langkah untuk solusi yang diberikan oleh siswa tersebut sudah benar. Internet sendiri turut berkontribusi setelah tahun 1969, setelah Departemen Pertahanan Amerika Serikat meluncurkan ARPANET yang merupakan cikal bakal dari world wide web saat ini. Kini, perkembangan LMS ditandai dengan pemanfaatan teknologi cloud. Materi-materi pembelajaran serta interaksi tidak lagi diletakkan di server lokal, namun diletakkan di cloud yang sekaligus membebaskan pengelola dari kewajiban pemeliharaan yang rumit.
Saat ini LMS yang berkembang didominasi oleh aplikasi yang belum dirancang untuk dapat melakukan integrasi secara menyeluruh, kurang fleksibel dan bersifat umum (tidak dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan personal yang beragam). Karena itu, ke depan tantangan terbesar dari LMS adalah sanggup untuk mengintegrasikan dirinya dengan sumber daya yang beragam, terintegrasi dengan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang lain, termasuk social networking/social media hingga kanal-kanal pembelajaran semakin beragam dan dapat tersajikan lebih menyenangkan. Selain itu, LMS ke depan juga harus mampu mewujudkan konsep knowledge management di perguruan tinggi, sanggup mendorong dosen dan mahasiswa lebih banyak melakukan interaksi sebagai bentuk peningkatan kualitas bahan ajar dan aktivitas pembelajaran. Bentuk peningkatan kualitas tersebut bila dikelola dengan optimal dapat menghasilkan pengetahuan (knowledge) yang dapat dikemas menjadi bentuk digital sebagai produk nyata dari perguruan tinggi. Aktivitas peningkatan kualitas tersebut dengan sendirinya turut mendorong lahirnya staf perguruan tinggi sebagai Subject Matter Expert (SME) yang produktif dan berkualitas dalam menghasilkan konten-konten pembelajaran, sehingga secara tidak langsung turut meningkatkan kualitas dan nama baik perguruan tinggi. Terakhir, tantangan LMS ke depan haruslah mampu untuk melakukan personalisasi yang spesifik. Setiap manusia terlahir unik, memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda satu dengan yang lainnya, termasuk di dalam proses pembelajaran, karena itu sudah semestinya LMS yang mereka gunakan dapat juga dipersonalisasi, baik dalam memberikan instruksi, mengelola konten-konten yang sesuai, dan juga dapat menentukan target-target pencapaian dalam proses belajar.
* * *
Pustaka:
- eLearningInfographics.com. (28 Desember 2013). The History of Learning Management Systems Infographic. Diakses pada tanggal 16 Maret 2015, eLearning Infographics: http://elearninginfographics.com/the-history-of-learning-management-systems-infographic/
- Prabowo, Harjanto. (2012). Encapsulation in University: Manajemen Teknologi Informasi dan Pengetahuan di Perguruan Tinggi. Jakarta: BINUS Media & Publishing
Ilustrasi: Eka Hardiningtyas