People Innovation Excellence

Belajar Di Banyak Tempat

Oleh: Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM

04 belajar di banyak tempat

“Aksebilitas–Konektivitas–Sensitivitas Konteks-
Individualitas” –Chad Udell, 2012

 

Siapapun berharap menimba ilmu di lingkungan kampus yang luas, lengkap dengan taman-taman hijau, pohon-pohon yang rimbun, ruang publik terbuka yang nyaman untuk saling berinteraksi. Namun, kondisi yang ada tidak memungkinkan kondisi ideal tersebut dapat terwujud dengan mudah. Lahan yang semakin sempit, ditunjang faktor kebutuhan atas aktivitas di pusat kota, kemacetan, mobilitas yang tinggi menjadi tantangan tersendiri di dalam mengembangkan kampus-kampus masa depan.

Bagi perguruan tinggi yang memiliki kampus di pusat kota, reposisi adalah pilihan yang tak dapat dihindarkan. Lahan yang tidak luas justru menjadi tantangan untuk menyajikan pola pembelajaran yang mendukung keterbatasan-keterbatasan yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Eden Dahlstrom (2012), “Teknologi telah menjadi bagian penting dari lingkungan belajar siswa”, maka kampus harus sanggup memanfaatkan teknologi secara tepat dan cermat guna menjawab tantangan yang ada. Di dalam proses belajar, teknologi harus menjadi bagian yang menyatu dengan gaya hidup mahasiswa. Pilihan pemanfaatan teknologi yang mendukung pembelajaran di banyak tempat juga menjadi satu tuntutan. Bagaimana menciptakan “ruang kelas” yang tidak terkunkung oleh sekat-sekat kelas saja. Aspek kunci yang harus diingat di dalam pengembangan ini, diungkapkan dengan baik oleh Chad Udell yang menulis buku Learning Everywhere: How Mobile Content Strategies are Transforming Training. Poin-poin tersebut meliputi (01) Aksebilitas, kemudahan untuk mengakses data di mana pun kita berada, tak terbatas pada teks dan gambar semata. Namun akan terus berkembang ke media bergerak, interaktif hingga nanti berupa augmented reality. (02) Konektivitas, kemudahan untuk terhubung dengan pusat-pusat informasi yang  setiap saat dapat dibutuhkan. (03) Sensitivitas Konteks, kemampuan untuk dapat memahami keberadaan pengguna. Jadi pada saat pengguna mengakses informasi, secara bersamaan terdapat kemampuan untuk memahami mengapa pengguna tersebut membutuhkan informasi terkait. (04). Individualitas, kemampuan untuk menghasilkan informasi yang sifatnya personal bagi pengguna. Keempat poin tersebut bila dapat dipenuhi maka pembelajaran dapat berlangsung secara efektif tanpa harus terikat di ruang kelas.

Bayangkan seorang mahasiswa dapat mengakses kebutuhan pembelajarannya tanpa terikat oleh ruang dan waktu. Mahasiswa datang ke kampus bukan lagi karena harus kuliah masuk kelas, namun lebih dari itu, mahasiswa datang ke kampus karena bagian dari gaya hidupnya. Mereka datang untuk bertemu dengan rekan-rekannya karena kebutuhan untuk berkolaborasi secara temu muka untuk menciptakan, mengkreasikan sesuatu, setelah sebelumnya mereka melewati diskusi demi diskusi secara online. Lalu pada saat diskusi tatap muka mereka dapat dengan mudah mengayakan kualitas diskusinya lewat informasi yang didapat secara real-time karena kampus menyediakan fasilitas yang memudahkan hal tersebut, terkustomisasi sesuai karakter dan kebutuhan si mahasiswa.

Lebih dari itu, lepas dari teknologi pendukung sebagai prasyarat, perguruan tinggi juga harus mampu menyiapkan sebuah sistem pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran di banyak tempat itu sendiri. Hingga antara kampus-masyarakat-industri tidak terdapat jurang pemisah yang lebar menganga. Dosen dapat mengajak mahasiswanya untuk turun langsung ke masyarakat, menangkap permasalahan yang ada, lalu dengan bantuan fasilitas teknologi yang dimiliki kampus maka perkuliahan dapat berlangsung layaknya di ruang kelas konvensional, namun kini hadir dengan lebih langsung dan nyata. Perguruan tinggi dapat belajar bersama dengan masyarakat, bila permasalahan kemiskinan yang diangkat maka data-data yang didapatkan adalah permasalahan yang nyata. Begitu pun dengan industri, perkuliahan termungkinkan berlangsung di area industri itu sendiri. Karena, bagaimana kampus dapat membahas kreativitas bila di industri jauh lebih kreatif dibanding  dunia kampus?

* * *

Ilustrasi: Anthoni Askaria

Published at :
Leave Your Footprint

    Periksa Browser Anda

    Check Your Browser

    Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

    Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

    Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

    Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

    We're Moving Forward.

    This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

    If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

    Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

    1. Google Chrome
    2. Mozilla Firefox
    3. Opera
    4. Internet Explorer 9
    Close